Senin, 20 September 2010

Ice Rink

Sudah yang ke-enam kalinya Lily mengunjungi toko peralatan ice skating di pinggir kota Jakarta. Lily ingiiin sekali bermain ice skating bersama keluarganya. Duuuh kalau saja aku terlahir sebagai anak dari keluarga kaya. Pasti menyenangkan sekali. Bisa bermain Ice Skating sepuas hati setiap liburan musim dingin begitu batin Lily saat mendengar cerita-cerita sombong Berty bahwa dia sering sekali bermain Ice Skating. Entah itu di Taiwan, China, jepang, Korea, ataupun di Jakarta. Lily adalah anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Orangtuanya single parent. Hanya ibunya yang baik dan penuh kasih sayang itulah yang merawatnya. Lily dibesarkan tanpa ayah. Tetapi setiap bulan, ayah Lily selalu mengirimkan uang berjumlah 1.000.000 rupiah. Itu sebabnya Lily bisa bersekolah di sekolah yang mahal dan top no.2. Sebenarnya Lily tersiksa disekolahkan di sekolah mahal. kenapa? karena setiap akhir weekend, Lily pasti nelangsa mendengarkan cerita-cerita mengasyikkan liburan teman-temannya. Sedangkan Lily jika ditanya "kemana saja kamu selama liburan weekend kemarin?" Lily pasti menjawab "Aku kerja di cafe kakekku cukup menyenangkan" Lily pasti berbohong. Dia pasti malu untuk mengucapkan WARTEG padahal kenyataanya adalah ibunya hanya punya warteg bukan Cafe mahal nan elit yang kita sering jumpai. "LILY!!!
LILY!!!" tiba-tiba ibu Lily memanggilnya. itu tandanya, dia harus segera pulang dan pura-pura keluar dari toko musik. Tapi semua sudah terlambat. Ibunya sudah terlanjur melihatnya keluar dari toko peralata ice skating. "Lily! sedang apa kamu disitu! ayo pulang!" bentak ibunya. "Ah iya ma..." ucap Lily galau. "LILY MAMA KAN SUDAH BILANG, KELUARGA KITA TIDAK AKAN BERMAIN ICE SKATING KARENA MISKIN!!! KAMU MENGERTI LILY!? SUDAH BUANG SAJA ANGAN-ANGANMU ITU!!" ibu Lily membentaknya habis-habisan. Tidak tanggung tanggung.

Sampai rumah, Lily segera pergi ke kamarnya lalu men-double tape kain yang menutupi kamarnya. "UUGH! aku selalu saja jadi bahan ledekan teman-teman karena tidak pernah ice skating, atupun main bowling. Juga karena tidak pernah ke Bali, atau ke Singapore aku juga diledek hanya gara-gara aku tidak punya BlackBerry, ataupun handphone Nokia biasa. kenapa!? kenapa aku bukan orang kaya!!!! Aku selalu iri sama teman-teman yang kaya raya. Aku bosan jadi anak orang Miskin! mana segala sesuatunya bekas lagi. IIh nyebelin!" teriak Lily sambil menangis. Mendengar itu, ibunya juga ikut menagis. Maafkan aku nak...... ucap ibunya pelan sambil menangis di depan kain penutup kamar Lily.

"Eh aku dimana?" tanya Lily heran. Dia sedang menggunakan sepatu ice skating, sapu tangan, dan kaos kaki. Dan yang lebih mengherankan lagi, dia berada di sebuah kawasan mall elitee, yaitu mall Taman Anggrek dan sedang berada di Ice Rink. "Waaaah aku ice skating! Lho kenapa aku punya handphone? BB lagi?" tanya Lily. lalu, lily bertemu salah satu temannya, Laely. "Eh apa kabar? kita foto-foto en main bareng yuk!" ajak Laely. nggak mungkin ini pasti mimpi. laely nggak pernah deket-deket aku. Karena dia emang nggakmau deket-deket aku.  "Lho kenapa nggak mau? ya sudah" ucap Laely. "Eh aku mau kok!" teriak Lily. Tidak terasa, mereka 4 jam berada di ice rink.

"Eh aku punya BB lho nih.. terus kemaren aku ke ice rink ada foto-fotonya nih" ucap Lily menunjukkan kepada Berty. "Iya..iya aku percaya. katanya si laely dia ketemu kamu kemaren" ucap berty. HA!? Lily melongo. Hehe sebenarnya tadi pagi laely bingung. Ada Blackberry diatas meja belajar butunya lalu didalam BlackBerry itu, ada foto-foto Lily dan Laely yang sedang berada di Ice Rink. Nah sewaktu diceritakan berty lalely bertemu Lily, Lily jadi semakin bingung. Bukannya itu hanya mimpi?

POKOKNYA MAKASIH YA>> YANG UDAH NGEWUJUDIN MIMPI AKU!!

begitu jerit Lily dalam hati.

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar